: A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Ibhar | Ibleam | Iblis (Penggoda) | Ibneiah | Ibnijah | IBRANI, SURAT KEPADA ORANG IBRANI | Ibri | Ibsam | Ibu | Ibu Suri | Ibzan
Daftar Isi
ENSIKLOPEDIA: IBRANI, SURAT KEPADA ORANG IBRANI

IBRANI, SURAT KEPADA ORANG IBRANI

IBRANI, SURAT KEPADA ORANG IBRANI [ensiklopedia]

I. Garis besar isi

Tema ajaran: superioritas Kristus, Ibr 1:1; 10:18

a. Oknum Kristus, Ibr 1:1; 4:13

(i) Kristus lebih unggul daripada nabi-nabi (Ibr 1:1-4). Nabi-nabi di sini berarti penyataan PL seutuhnya.

(ii) Kristus lebih unggul daripada malaikat-malaikat (Ibr 1:5; 2:18). Hal ini ditunjukkan oleh berbagai ay Alkitab, dan Kristus yg merendahkan diri dalam penderitaan-Nya dijelaskan.

(iii) Wanti-wanti (Ibr 2:1-4). Peringatan serius diberikan kepada mereka yg melalaikan penyataan Allah.

(iv) Kristus lebih unggul daripada Musa (Ibr 3:1-19). Musa tidak lebih dari hamba, sedangkan Kristus ialah Anak Allah, jelas mengungguli Musa, sang pengemban hukum akbar itu. Keunggulan ini juga terlihat dalam fakta, bahwa Musa tidak mampu membawa umatnya ke tempat perhentian, tapi Kristus mampu.

(v) Kristus lebih unggul daripada Yosua (Ibr 4:1-13). Meskipun Yosua memimpin umat Israel ke tempat perhentian mereka, tapi tempat perhentian yg lebih baik pada masa yg akan datang tetap merupakan tujuan akhir bagi umat Allah.

b. Pekerjaan Kristus, Ibr 4:14; 10:18

Yg dimaksud ialah tugas Kristus sebagai Imam.

(i) Keimaman-Nya ditetapkan Allah (Ibr 4:14; 5:10). Dalam bagian ini, ditekankan bahwa simpati Kristus sebagai persyaratan mutlak perlu bagi seorang Imam Agung.

(ii) Keimaman-Nya sesuai peraturan Melkisedek (Ibr 5:11; 7:28). Bagian ini mulai dengan penyimpangan yg panjang berisi hardikan, peringatan serius dan nasihat (Ibr 5:11; 6:8). Kemudian peraturan Melkisedek dijelaskan. Melkisedek tetap menjadi imam untuk selama-lamanya (Ibr 7:1-3); keimamannya jauh lebih dahulu ditetapkan, karena itu lebih besar daripada Lewi (Ibr 7:4-10), lalu dinyatakan ketidaksempurnaan imamat Lewi (Ibr 7:11-19). Imamat Kristus adalah penggenapan sempurna dari peraturan Melkisedek karena ditetapkan dengan sumpah, yg tidak terhalang oleh maut, dan yg terpisah dari dosa (Ibr 7:20-28).

(iii) Pekerjaan Kristus ada dalam perjanjian baru (Ibr 8:1; 9:10). Setiap segi dari peraturan lama mempunyai 'pasangan imbang' dalam peraturan baru. Ada suatu tempat mahakudus baru dan ke dalamnya Pengantara dari perjanjian baru pernah masuk untuk melayani.

(iv) Pekerjaan Kristus dipusatkan dalam penebusan yg sempurna (Ibr 9:11; 10:18). Imam Besar mempersembahkan korban yg unik (diriNya sendiri), dan karena korban persembahan tersebut dibuat 'melalui Roh kekekalan' maka korban persembahan itu lebih unggul daripada korban bakaran Lewi (Ibr 9:11-15). Betapa mutlaknya penting kematian Kristus ditunjukkan dengan gambar wasiat yg sah (Ibr 9:16-22). Korban persembahan-Nya yg sempurna menyatakan cacat cela dari sistem imam-imam (Ibr 10:1-10). Pelayanan-Nya sempurna, tidak seperti pelayanan Harun (Ibr 10:11-18).

c. Penerapan praktis tema ajaran, Ibr 10:19; 13:25

a. Nasihat untuk tetap berpegang teguh, Ibr 10:19-25

b. Wanti-wanti, Ibr 10:26-37

(i) Peringatan serius melawan kemurtadan (Ibr 10:26-31).

(ii) Dorongan berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu sidang pembaca (Ibr 10:32-37).

c. Saksi-saksi iman, Ibr 11:1-40

Penulis menunjuk kepada pahlawan-pahlawan iman, guna memacu sidang pembaca supaya perkasa bertindak berdasarkan iman. d. Nasihat bertalian dengan penderitaan-penderitaan masa kini, Ibr 12:1-29 (i) Cobaan-cobaan sekarang ini dianggap sebagai ganjaran demi kebaikan (Ibr 12:1-13). (ii) Peringatan-peringatan berdasarkan cerita Esau (Ibr 12:14-17).

(iii) Perbedaan terakhir antara kemuliaan yg lama dan baru yg lebih besar (Ibr 12:18-29).

e. Tanggung jawab Kristen, Ibr 13:1-25 (i) Berbagai nasihat berkenaan dengan kehidupan sosial dan pribadi orang percaya (Ibr 13:1-8). (ii) Peringatan terakhir bagi para pembaca untuk meninggalkan perkemahan Yudaisme, dan beberapa ay petunjuk terakhir (Ibr 13:9-25).

II. Penulis dan tarikhnya

Soal siapa penulis surat ini adalah lebih penting bagi gereja perdana daripada gereja masa kini, karena padanya terletak kanonitas surat tersebut. Ada beberapa tradisi kuno yg berbeda; satu menyebut penulis ialah Barnabas (didukung oleh Tertulianus, De Pudicitia 20), sedangkan yg lain menganggapnya berasal dari Paulus, anggapan yg dipegang oleh Klemen dan Origenes dari Aleksandria. Nampaknya Klemen menganggap surat itu ditulis dalam dialek Ibrani, tapi diterjemahkan oleh Lukas dan mungkin juga ia menerima tradisi itu dari pendahulunya Pantaenus ('presbiter yg diberkati').

Origenes menyebut pandangan beberapa orang yg menganggap bahwa penulis surat itu ialah Klemen dari Roma, juga pandangan beberapa orang lain yg menyebut bahwa penulisnya ialah Lukas. Tapi Origenes sendiri menganggap bahwa pemikiran yg dikandung surat itu memang berasal dari Paulus, tapi kalimat-kalimatnya tidak. Kesimpulannya ialah, bahwa hanya Allah sendiri yg mengetahui siapa penulis Ibr. Namun demikian, orang-orang Aleksandria dengan kuat menganut pendapat bahwa penulisnya ialah Paulus, dan dengan demikian surat ini diterima ke dalam kanon, baik di wilayah timur maupun di barat, di mana sebelumnya surat ini sangat diragukan. Tapi barulah pada masa Jerome dan Agustinus pengkanonan Kitab Ibr ditetapkan di barat.

Tradisi bahwa Paulus penulis surat ini, tidak lagi serius ditentang hingga masa reformasi, sewaktu Erasmus, Luther dan Kalvin mempermasalahkannya. Pandangan Luther bah wa Apolos adalah penulisnya, diterima oleh banyak sarjana modern, meskipun mereka mengakui ini dugaan saja. Grotius menghidupkan kembali pandangan semula, bahwa penulis Ibr ialah Lukas, dan beberapa anggapan lainnya juga di kemukakan oleh pengkritik-pengkritik modem, sekalipun di antara sarjana modern hanya sedikit yg mencoba untuk mendukung teori kepenulisan Paulus. Beberapa alasan dikemukakan, antara lain perbedaan gaya sebagaimana dicatat oleh Origenes, ketika ia memperhatikan bahwa bh Surat Ibr adalah 'bh Yunani yg lebih baik'; perbedaan mode susunan kalimatnya, seperti tidak adanya salam, cara menasihati, metode penjelasannya, dan tidak adanya tanda tangan Paulus; ada juga perbedaan situasi sejarahnya, di mana penulis menempatkan dirinya sendiri sebagai penerima informasi dad orang lain yg menerima penyataan (Ibr 2:3,4), padahal Paulus tidak pernah lelah menyatakan bahwa ia telah menerima Injil melalui penyataan; dan latar belakangnya jelas berbeda dalam hal surat ini tidak tahu tentang krisis rohani pada masa lalu yg menguasai pikiran penulis, dan juga tidak adanya antitesa Paulus yg biasa dalam tulisannya.

Dua kemungkinan menarik adalah pandangan Ramsay, yg mengatakan bahwa penulis Surat Ibr ialah Filipus, ditulis di Kaisarea setelah menghubungi Paulus, dan mengirimkannya kepada gereja di Yerusalem. Kemungkinan kedua, Harnack menyarankan bahwa Priskila dan Akwila sebagai penulis gabungan. Namun semuanya itu hanyalah dugaan saja. Ada baiknya kritikan-kritikan modern mematuhi peringatan Origenes, dengan membiarkan penulis surat tersebut tetap inkognito.

Kendati informasi yg dapat digunakan untuk menetapkan tarikhnya hanya sedikit, tapi ada cukup fakta untuk mengetahui kemungkinan tarikh yang meyakinkan. Karena telah dikutip oleh Klemen dari Roma (kr 95 M) maka pastilah Ibr dihasilkan beberapa waktu sebelum Klemen. Mungkin sekali surat itu ditulis sebelum thn 70 M, karena tidak menyebut kejatuhan Yerusalem dan karena keadaan jemaat yg terlukis dalamnya cocok dengan kurun waktu yg lebih dini (bnd Ibr 13:7, 17, di mana orang-orang yang bertanggung jawab disebut 'pemimpin-pemimpin' tanpa diberi penjelasan). Walaupun demikian, jarak waktu diperlukan sesudah dasar gereja digariskan, supaya 'hari-hari yg sebelumnya' dari penganiayaan dapat dianggap ada dalam peninjauan kembali. Jika penganiayaan tersebut terjadi pada masa Nero, maka tgl sekitar 67-68 M dapat dipertimbangkan, tapi mungkin maksudnya ialah pertentangan umum saja, dan bila demikian maka tgl sebelum 64 M adalah mungkin. Beberapa sarjana menetapkan tarikh Surat Ibr kr 80-90 M berdasarkan pengutipan Surat-surat Paulus di dalamnya, tapi karena tgl dari koleksi Surat-surat Paulus itu tidak diketahui dan karena penulis Ibr tidak dipengaruhi oleh semuanya, maka pandangan tersebut harus ditolak.

III. Tujuan dan maksud

Kalimat-kalimat pembukaan Ibr tidak menyebut tempat atau jati diri pembacanya. Judul tradisionalnya ialah 'Kepada orang-orang Ibrani'. Meskipun judul ini tidak tertera dalam naskah asli, kita tidak dapat mengabaikannya karena mungkin menyimpan tradisi asli. Jika ini benar, maka yg dimaksud pastilah orang-orang Kristen Yahudi, bukan hanya sekedar Yahudi. Tapi teori yg telah memperoleh banyak dukungan pada zaman modem, mengatakan bahwa judul ini tidak lebih dari kesimpulan berdasarkan isi pokok surat tersebut, dan bahwa surat itu sesungguhnya dikirimkan kepada orang-orang non-Yahudi. Dukungan bagi pendapat ini dicari pada kutipan-kutipan yg konsisten dalam LXX, bukan dalam teks Ibr PL, juga bukan pada latar belakang yg diduga Helenistis seperti diandaikan oleh penulis Surat Ibr. Dengan demikian surat ini mereka anggap menunjukkan sifat mutlak Kekristenan kepada orang-orang non-Yahudi, sehingga cocok menggantikan semua kepercayaan lainnya, khususnya kultus-kultus misteri.

Menentang teori ini perlu dikemukakan, bahwa Surat Ibr tidak berhubungan dengan kepercayaan-kepercayaan misteri, juga tidak dengan ketidakpercayaan agamawi secara keseluruhan.

Anggapan lain mengatakan surat ini merupakan jawaban kepada bidat pra-Gnostik, yg bentuknya hampir lama dengan yg dipersoalkan di Kolose. Ay-ay yg menunjukkan keunggulan Kristus atas para malaikat (Ibr 1:4-14), jelas memberikan jawaban efektif terhadap kecenderungan menyembah malaikat (bnd Kol 2:18). T. W Manson berpendapat, bahwa Apolos menulis Surat Ibr kepada gereja di Kolose, untuk menjawab dua macam kecenderungan di sana. Pertama, kepercayaan pada perantara (dijawab dlm ps 1-4); kedua, kecenderungan mengandalkan praktik ritual (ps 5-10). Namun tidak ada bukti mengenai kecenderungan akan pra-Gnostik dalam situasi yg mendasari Surat Ibr seperti yg jelas ada di Kolose.

Pandangan lain yg penganutnya lebih luas, mengatakan bahwa Surat Ibr dialamatkan kepada orang Kristen Yahudi, untuk mengingatkan mereka jangan kembali kepada Yudaisme. Pandangan ini didasarkan pada peringatan serius dalam ps 6 dan 10, bahwa ada kemurtadan yg lebih berbahaya dan yg tidak dapat diperbaharui, yakni mereka menyalibkan kembali Anak Allah (Ibr 6:6) dan menganggap najis darah perjanjian (Ibr 10:29). Karena penulis menyapa mereka yg telah mengalami kebaikan Allah (Ibr 6:4,5) namun berada dalam bahaya meninggalkan Kekristenan untuk kembali kepada kepercayaan lama mereka, dan karena Surat Ibr menyatakan keunggulan Kekristenan atas upacara-upacara PL, maka wajar menduga bahwa orang Kristen Yahudi-lah yg dimaksudkan. Kemudian timbul pertanyaan tentang jati diri orang Kristen Yahudi ini secara lebih khusus.

Berbagai jawaban telah diberikan: (a) Surat Ibr dimaksudkan pada umumnya bagi semua orang Kristen Yahudi; (b) Surat Ibr dimaksudkan bagi hanya sekelompok kecil orang Kristen yg beribadat di 'gereja rumah' dan yg mempunyai kemampuan menjadi pengajar (bnd Ibr 5:12) tapi tidak melakukannya; (c) para pembacanya adalah imam-imam Yahudi yg bertobat.

Pandangan pertama sukar diterima, karena catatan pribadi yg terungkap dalam kesimpulan (Ibr 13:22-25) dan pendekatan langsung secara pribadi di beberapa tempat dalam tubuh Surat Ibr ini. Pandangan kedua lebih disukai, karena nampaknya ada suatu situasi historis tertentu yg dipikirkan oleh penulis, dan pembacanya jelas suatu kelompok yg terpisah dari tubuh utama gereja sebab Ibr 5:12 tidak dapat diterapkan pada seluruh gereja. Bahkan, bh dan gagasan dalam Surat Ibr merujuk kepada kelompok berpendidikan, dan inilah yg mendukung gagasan tentang adanya klik intelektual dalam gereja lokal.

Tentang tempat orang Kristen Yahudi ini, berbagai pendapat muncul, sebagian tergantung pada teori-teori penulisan. Baik Palestina maupun Aleksandria, kedua-duanya mendapat dukungan. Palestina khususnya didukung oleh kelompok yg menganggap Barnabas penulis Ibr. Roma didukung oleh orang-orang lain mengingat ungkapan yg agak membingungkan dalam Ibr 13:24 ('Terimalah salam dari saudara-saudara di Italia'). Dalam rangka ini tersirat anti, bahwa bukti paling pertama pemakaian Surat Ibr terdapat dalam tulisan Klemen dari Roma.

Kemungkinan ketiga seperti disebut di atas, bahwa pembacanya adalah imam-imam Yahudi yg telah bertobat, didukung oleh kelompok yg menganggap Ibr sangat relevan bagi orang-orang yg baru saja meninggalkan praktik-praktik ritual Yahudi, khususnya mereka yg dihubungkan dengan Bait Allah di Yerusalem (Kis mencatat bahwa banyak dari antaranya bertobat oleh pelayanan Stefanus). Timbul sanggahan karena tidak ada bukti mengenai adanya kelompok imam yg terpisah pada masa primitif. Padahal justru Ibr nampaknya menyajikan bukti-bukti demikian. Belum ada bukti-bukti yg kuat untuk menolak teori ini, dan karena itu tetap tinggal menjadi suatu dugaan yg menarik.

Masih ada pandangan lain, yakni pandangan sebagai perubahan dari yg terakhir, yg melihat Ibr sebagai tantangan untuk mendorong orang Kristen Yahudi merangkul misi dunia. Pandangan ini didasarkan pada kesamaan-kesamaan tertentu antara Ibr dengan pidato Stefanus, misalnya, ide Kekristenan sebagai pengganti Yudaisme, dan panggilan tertentu yg ditujukan kepada sidang pembaca untuk meninggalkan posisi mereka. Tapi kesamaan-kesamaan itu tidak bisa ditekankan terlalu jauh, karena pendengar Stefanus bukanlah terdiri dari orang-orang Kristen Yahudi. Namun ada kemungkinan bahwa bahaya kemurtadan terletak pada kegagalan mereka untuk mengerti maksud Allah dengan misi-Nya di dunia. Melalui uraian-uraian dalam Ibr ini maka bagi suatu kelompok orang Kristen Yahudi yg menganggap agama Kristen hampir sama dengan sekte Yudaisme resmi, pasti berfaedah. Ada kemungkinan bahwa di kemudian hari pandangan ini memperoleh lebih banyak dukungan.

IV. Pengkanonan

Surat Ibr mempunyai sejarah awal yg menarik. Wilayah barat dunia kuno pada umumnya lebih enggan menerima Surat Ibr ini ketimbang wilayah timur. Melalui pengaruh Origenes gereja-gereja timur menerimanya, sebagian besar sebab menganggapnya tulisan Paulus. Walaupun beberapa bapak gereja perdana wilayah barat memakai Ibr (Klemen dari Roma dan Tertulianus), tapi kemudian Ibr kehilangan reputasinya, dan barulah pada masa Jerome dan Agustinus Ibr diterima secara utuh, dan buah pikiran mereka menyelesaikan soal itu bagi gereja barat tersebut.

V. Latar belakang

Pengertian akan lingkungan pergaulan penulis sangat penting untuk mengerti pemikirannya, dan telah banyak diskusi tentang pokok ini. Ada lima macam topik berkenaan dengan pokok ini.

a. PL

Karena seluruh uraian Ibr berkisar pada ritual dan sejarah PL, maka jelas penulisnya sangat dipengaruhi oleh ajaran alkitabiah. Penting dicatat, bahwa dasar pendekatannya adalah alkitabiah bukan Yudaistis. Penghormatannya terhadap Kitab Suci terlihat pada caranya mengutip yg begitu hati-hati, meskipun selalu dari LXX. Dengan gaya khas ia menyatakan kutipannya (mis pengulangan 'Ia berkata' dlm ps 1) juga dalam pendekatan historis yg cermat atas sejarah PL, yg dipertentangkan dengan kecenderungan zamannya menafsirkannya secara alegoris. Penulis, yg benar-benar memahami PL, jelas telah memikirkan dalam-dalam masalah pendekatan Kristen terhadap PL. Dan tekanannya yg utama ialah penggenapan dalam Kristus dari semua yg digambarkan dalam perjanjian lama. Pokok ini dijelaskan panjang lebar dalam butir VI, Teologi, namun di sini perlu dicatat, bahwa penulis tidak hanya menerima kewibawaan Alkitab secara utuh, tapi ia mengharapkan para pembaca juga menerimanya secara utuh.

b. Filonisme

Pada akhir abad 19 muncul suatu gerakan yg kuat, yg menganggap bahwa pikiran penulis Ibr sangat dipengaruhi oleh pemikiran Filonis, sehingga surat itu hanya mungkin dimengerti dengan latar belakang penjelasan alegoris dan filosofis dari Filo. Penganut utama pandangan ini ialah E. Menegoz; salah satu dugaannya ialah bahwa ada jarak antara teologi penulis Ibr dengan teologi Paulus, dan setiap kesamaan ia anggap adalah bukti hutang penulis Ibr kepada Filo, bukan kepada Paulus. Bahwa ada beberapa kesamaan memang tidak dapat diingkari. Gagasan sorga sebagai realitas dan bumi yg hanya sebagai tempat bayang-bayang, dan terkait dengan itu, perbandingan antara perjanjian lama dan baru, menunjukkan kecenderungan yg sama dengan Filo.

Lagipula banyak kata dan ungkapan yg sejajar pada kedua penulis itu, tapi beberapa di antaranya tidak lagi muncul dalam PB. C Spicq menemukan beberapa kesamaan, antara lain kesamaan gaya, pola pemikiran dan psikologi, lalu ia menyimpulkan bahwa penulis ialah seorang Filonis yg bertobat.

Tapi pendapat ini tidak boleh diterima begitu saja, karena penulis berbeda dari Filo dalam banyak pokok penting. Eksegese alkitabiah penulis lebih mirip dengan metode-metode para nabi daripada dengan Filonis, pengertian sejarahnya tidak bersifat alegoris seperti Filo, dan gagasan tentang Kristus sebagai Imam Besar jauh sekali dari gagasan Filo yg abstrak mengenai logos. Seorang Filonis Kristen tentu akan mengubah gagasan gurunya, tapi tetap tinggal pertanyaan apakah Kristologi Ibr berasal dari ajaran Filo. Penulis mungkin mengungkapkan gagasan-gagasan dan bh yg bersifat Filonis, tapi sumber-sumbernya pasti di lain tempat.

c. Tradisi primitif

Timbul pertanyaan, apakah Ibr dianggap atau tidak sebagai perkembangan wajar dari teologi Kristen primitif, dan apakah mempunyai hubungan yg dekat dengan teologi Paulus dan Yohanes, atau apakah berdiri sendiri sebagai usaha seorang penulis yg berada di luar perkembangan arus utama. Meningkatnya perhatian dinyatakan pada akar-akar paling awal Ibr. Usaha untuk menghubungkannya dengan pidato pembelaan Stefanus memusatkan perhatian pada hal ini, tapi segi-segi tradisi primitif selanjutnya mungkin juga disinggung sebagai ilustrasi. Gagasan kelangsungan antara perjanjian lama dan baru, perhatian pada kehidupan Yesus di dunia ini, kesadaran bahwa kematian Yesus haruslah ditafsirkan, dan gabungan seruan-seruan masa kini dan eskatologis, semuanya itu adalah asasi bagi tradisi Kristen primitif. Tema utama Ibr, yg perhatian utamanya ialah pendekatan manusia kepada Allah, tidak dapat gagal menemukan sumber-sumbernya dalam ajaran dan khotbah paling dini. Penulis memperkenalkan banyak segi baru, misalnya, penakhtaan Kristus dan Imamat Agung sorgawi, tapi ia tidak menimbulkan pertentangan apa pun dengan tradisi primitif.

d. Paulisme

Tak dapat dielakkan bahwa pada waktu Ibr dianggap tulisan Paulus, maka Ibr dinilai sebagai suatu segi dari teologi Paulus; tapi karena timbulnya sanggahan atas kepenulisan Paulus, maka reaksi muncul menentang seluruh pengaruh Paulus Dukungan terhadap keadaan ekstrim ini telah menurun tapi tidak dapat diingkari adanya beberapa perbedaan Ibr dengan Paulus, satu hal yg mendukung teori bahwa penulis berdiri dalam suatu aliran yg lain daripada yg lain, misalnya, perlakuan yg berbeda mengenai hubungan Kristus dengan hukum; dalam Ibr tidak ada pergumulan dengan hukum Taurat yg nyata sekali dalam pengalaman Paulus. Namun janganlah perbedaan-perbedaan tersebut dipertajam, sebab belum pupus kemungkinan bahwa penulis terpengaruh oleh Paulus, sementara pada waktu yg sama ia menyadari dan mengindahkan pengaruh-pengaruh lain. Dengan demikian ia menjadi saksi yg mandiri mengenai pemikiran Kristen mula-mula tentang tema-tema utama Injil.

e. Pemikiran Yohanes

Apakah ada hubungan antara Yoh dengan Ibr tergantung pada tarikh masing-masing. Telah dikatakan bahwa Ibr muncul pada pertengahan antara Paulus dan Yohanes dalam garis pengembangan teologis (mis oleh R. H Strachan, The Historic Jesus in the New Testament, 1931), tapi melihat meningkatnya penekanan karakter primitif dari ajaran Yohanes, yg didukung oleh bukti-bukti Naskah Laut Mati, maka gagasan pengembangan teologis ini haruslah diubah. Hubungan utama antara Ibr dengan teologi Yohanes adalah penggunaan umum dari paralelisme antitetik, ide yg hampir sama tentang pekerjaan Kristus sebagai Imam Besar, gambaran Kristus sebagai Gembala, hunjukan pada pekerjaan pendamaian Kristus, dan perhatian yg diberikan pada kesempurnaan pekerjaan Kristus.

Ringkasnya, penulis Ibr bukanlah pengumpul barang-barang antik yg penelitian-penelitiannya dalam penyataan alkitabiah tidak bersangkut paut dengan orang Kristen pada umumnya, baik modern ataupun kuno. Tapi ia adalah penulis yg memaparkan suatu segi yg penting dari pemikiran Kristen guna melengkapi aliran-aliran yg lain dari tradisi primitif.

VI. Teologi

Sumbangan teologis Ibr merupakan pertimbangan paling penting, seperti sudah dikemukakan di atas. Titik tolak penulis adalah menjunjung Kekristenan sebagai penyataan sempurna dari Allah. Ini berarti bahwa Kekristenan tidak hanya mengungguli semua kepercayaan lainnya, termasuk Yudaisme, tapi juga Kekristenan tidak dapat diungguli dan diganti. Keselamatan kristiani adalah abadi (Ibr 5:9), demikian juga penebusannya, warisan dan perjanjiannya (Ibr 9:12, 15; 13:20), pengorbanan Kristus juga dijelaskan sebagai 'oleh Roh yg kekal' (Ibr 9:14). Gagasan kesempurnaan dan kekekalan kristiani merasuki seluruh Ibr dan menyediakan kunci untuk mengerti semua tema utamanya.

a. Kristologi

Bagian pertama Ibr menyatakan superioritas Kristus atas semua perantara yg lain. Kristus lebih superior dari para nabi, malaikat, Musa, Yosua, dan Harun. Sedangkan ps pembukaannya memaparkan kepositifan dan keagungan ke-Anak-an yg ilahi Kristus. Ke-Anak-an ini unik, karena Kristus ditetapkan berhak menerima segala yg ada, dan oleh Dia, Allah telah menjadikan alam semesta (1:2). Bahkan Ia lebih dekat dihubungkan dengan Allah (1:3), karena dalam ay ini Kristus dinyatakan sebagai 'cahaya kemuliaan Allah' dan 'gambar wujud' Allah!

Kedua penyataan ini, yg ditekankan bersama-sama, meniadakan kesalahan-kesalahan kembar tentang perbedaan wujud dan kurangnya kepribadian Kristus. Kekekalan keberadaan Kristus nampaknya jelas dalam pemikiran penulis. Penyataan berikutnya terungkap dalam 1:3, bahwa setelah Kristus menyelesaikan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Maha Besar di tempat yg maha tinggi. Penyataan tersebut menghubungkan penyataan kristologis itu dengan tema Ibr berikutnya, yakni proses penebusan. Beberapa ahli telah mencari, sayang keliru, pengaruh-pengaruh upacara penakhtaan seorang raja yang menjadi dewa, tapi gagasan keagungan Kristus teguh berakar dalam tradisi Kristen primitif dan merupakan dampak wajar yg erat sekali dengan kenaikan Kristus. Ketika penulis sampai pada temanya yg terakhir tentang Imam Besar, penulis memperkenalkan kepada pembacanya Kristus Yg Agung yg tidak memerlukan lagi sarana liturgis bagi penyucian dosa.

Inkarnasi Anak Allah berulang kali disebut. Dia dibuat lebih rendah daripada malaikat (2:9) supaya Ia mengalami maut bagi semua manusia. Ia menjadi sama dengan manusia dan mendapat bagian dalam keadaan manusia (2:14). Ia dalam segala hal disamakan dengan saudara-saudara-Nya (2:17). Dan Ia dapat merasakan kelemahan-kelemahan kita, karena Ia dalam segala hal telah dicobai seperti kita (4:15). Penyataan ini adalah pembukaan yg penting sekali bagi tema Imam Besar, karena Kristus harus menunjukkan diriNya sebagai Imam Besar yg benar-benar representatif (bnd Ibr 5:1). Kehidupan Yesus sebagai manusia diperhatikan tidak hanya pada pencobaan-Nya (2:18; 4:15), tapi juga dalam doa dan permohonan-Nya dengan ratap tangis dan keluhan kepada Allah Bapak (Ibr 5:7), dalam ketaatan-Nya yg sempurna (Ibr 5:8), dalam melayankan ajaran-Nya (2:3), dan dalam ketekunan-Nya menanggung bantahan sengit terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa (Ibr 12:3).

Tapi tugas keimaman Kristus-lah yg merasuki pikiran penulis. Peraturan Harun memang baik, namun sangat mencolok kekurangannya bila diperhadapkan dengan imamat sempurna Kristus. Kenyataan ini menuntun penulis memperkenalkan tema Melkisedek yg misterius sebelum menerangkan kelemahan tata imamat Lewi (Ibr 5:6, 10; 6:20-7:19). Tidak ada cara untuk mengetahui dengan pasti, apakah penulis menemukan paham-paham baru tentang tema ini, ataukah ia menerimanya dari tradisi primitif, karena tidak disebut secara rinci dalam PB.

Tapi Mzm 110 yg memuat tema itu berpengaruh kuat atas pemikiran Kristen primitif, terutama karena Tuhan Yesus sendiri memakainya, maka masuk akal menduga bahwa Mzm ini memberi penulis ide mengenai tata keimaman yg lebih tinggi. Memang benar, Filo telah menyamakan Melkisedek dengan logos, tapi tidak perlu terpaku pada Filo untuk menerangkan penggunaan Ibr. Juga tak benar berkata, bahwa penguraian Melkisedek itu secara keseluruhan bersifat spekulatif dan tanpa relevansi dengan dunia modern. Sebab meskipun metode penjelasan dalam 7:1 dab sedikit bersifat alegoris, tapi penulis jelas berada pada posisi Kristen fundamental, bahwa Kristus lebih akbar dari Harun. Dan dalam memperkenalkan ihwal Melkisedek, penulis memperlihatkan pendiriannya bahwa sekalipun Kristus bukanlah imam menurut peraturan Harun, namun Kristus tetap adalah Imam, dan bukan hanya Imam, tapi bahkan Ia adalah Raja (*MELKISEDEK).

b. Pekerjaan Kristus

Menyoroti latar belakang kelemahan-kelemahan peraturan Harun, penulis menyingkap superioritas Kristus dalam pekerjaan-Nya yg mendamaikan, dan faktor-faktor utama yg terkait adalah: (i) final dan sempurnanya korban persembahan Kristus (Ibr 7:27; 9:12, 28; 10:10); (ii) sifat pribadi korban persembahan Kristus ialah Dia mempersembahkan diriNya sendiri (9:14); (iii) sifat rohani korban persembahan Kristus (9:14); dan (iv) dampak abadi dari pekerjaan Kristus sebagai Imam, yakni penebusan yg kekal (9:12). Peraturan Harun dengan upacara keagamaannya yg terus-menerus diulangi, tidak memiliki kualitas sifat korban persembahan Kristus di atas. Bahkan pengaturan perabot dalam tempat kudus dan mahakudus pun disorot dalam uraian ini (9:1 dab) untuk mengkontraskannya dengan tempat kudus yg lebih akbar dan sempurna, yg ke dalamnya Kristus telah masuk sekali untuk selama-lamanya berdasarkan darah-Nya sendiri.

Klimaks dari uraian soteriologis ini mencapai kemuncaknya pada 9:14, di mana Kristus dikatakan telah mempersembahkan diriNya sendiri 'oleh Roh yg kekal'. Inilah yg memberikan perbedaan mencolok sekali dari korban-korban upacara ibadah Harun yg tidak bisa menolong diri, dibandingkan persembahan Kristus sendiri yg dengan ikhlas dan sengaja Ia persembahkan sebagai Imam Besar kita. Penerapan praktis dari semuanya itu disimpulkan dalam Ibr 10:19, di mana keberanian mendekati Allah atas dasar karya Kristus sebagai Imam Besar, dituntut dengan sangat dari para pembaca. Hal ini terus menuju pada kesimpulan praktis Ibr.

c. Konsep-konsep teologis lainnya

Salah satu kata yg sering dipakai dalam Ibr ialah 'iman', tapi artinya berbeda dari konsep Paulus. Penulis tidak memakai konsep dinamis tentang iman yg menerima jaminan keselamatan dari Allah (meskipun Ibr 10:22 harus diartikan demikian). Waktu memakai kata 'iman' ini yg mengacu kepada tokoh-tokoh iman yg hebat dalam ps 11, penulis tidak memberikan suatu bentuk definisi, tapi memberikan gambaran beberapa tindakan aktif dari bobot iman. Pada dasarnya pengertiannya praktis saja, yaitu suatu pendekatan terhadap kehidupan dan bukan suatu pemberian yang bersifat mistis. Dengan bermacam cara penulis menjelaskan arti keselamatan orang Kristen, yg telah begitu dalam berkesan bagi penulis karena keagungan keselamatan itu (2:3).Penulis memakai Mzm 8 untuk memperkenalkan kenyataan, bahwa melalui penghampaan Kristus memperoleh hak untuk membawa 'anak-anak manusia kepada kemuliaan' (2:5-10); penulis menjelaskan keselamatan itu sebagai pembebasan dari kuasa Iblis (Ibr 2:14,15) dan juga melukiskannya sebagai tempat perhentian di mana orang-orang percaya berhak masuk ke dalamnya sebagai warisan (Ibr 3:1; 4:13). Proses keselamatan digambarkan sebagai penyucian (hagiasmos, Ibr 12:14; bnd Ibr 2:11; 10:10, 29; 13:12) dan penyempurnaan (teleiosis, 7:11; bnd Ibr 11:40; 12:23).

KEPUSTAKAAN. F. J Badcock, The Pauline Epistles and the Epistles to the Hebrews, 1937; W Manson, The Epistle to the Hebrews, 1951; E Mt negoz, La Theologie de l'Epitre aux Hebreux, 1894; 0 Michel, Der Brief an die Hebrker, Kritisch Exegetischer Kommentar, 1949; J Moffatt, The Epistle to the Hebrews, ICC, 1924; A Naime, The Epistle to the Hebrews, CGT, 1922; F. D. V Narborough, The Epistle to the Hebrews, Clarendon Bible, 1930; T Hewitt, The Epistle to the Hebrews, TNTC, 1960; C Spicq, L'Epitre aux Hebreux, Etudes Bibliques, 1952; B. F Westcott, The Epistle to the Hebrews, 1892; E. C Wickham, The Epistle to the Hebrews, WC, 1910; E Kasemann, Das Wandernde Gottesvolk, 1939; R Williamson, Philo and the Epistle to the Hebrews, 1970; F. F Bruce, The Epistle to the Hebrews, 1964; J Hering, The Epistle to the Hebrews, 1970; F. L Horton, The Melchizedek Tradition, 1976; RE Hughes, A Commentary on the Epistle to the Hebrews, 1977. DG/JMP




TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA